Artikel ini ditulis
oleh Ipan Pranashakti, pengelola Pasar Burung Online Jogja – Jateng
(PBOJ) yang saat ini memiliki sekitar 23.000 members. Tujuannya ingin
memberi edukasi kepada sobat kicaumania, khususnya pemula, yang ingin membeli
burung melalui forum jual-beli (FJB) yang kini menjadi tren serta dianggap
lebih praktis.
Salah satu metode
paling aman dalam pembelian via online adalah PCB: Pantau – Cocok – Bayar.
Tetapi, ketika memantau burung, Anda pun tetap harus waspada mengingat banyak
sekali modus penipuan yang dilakukan para penjual nakal.
Bagi beberapa kicaumania yang sibuk dan tak sempat
memantau langsung ke pasar burung, atau datang ke rumah pengiklan di media
cetak, forum jual-beli (FJB) online melalui berbagai media sosial menjadi pola
yang lebih disukainya. Hal ini memberikan angin segar terhadap pertumbuhan
serta perkembangan pasar burung online.
Di sisi lain, hal ini
juga diikuti dengan munculnya perilaku negatif yang dilakukan sebagian penjual
untuk melakukan penipuan. Modus penipuan dengan memanfaatkan pasar burung
online pun makin vatiatif, sehingga Anda perlu mengenalinya terlebih dulu
sebelum memutuskan memantau dan membeli burung.
Beberapa tahun
mengelola Pasar Burung Online Jogja – Jateng (PBOJ) yang berbasis facebook
group, saya pun merasakan betapa variatifnya model penupian online. Bahkan sampai ada orang yang menjual bangkai burung,
dimasukkan sangkar dengan bekas kotoran yang masih ada agar berkesan alamiah,
lalu dikirim dengan kereta atau pesawat.
Jika nantinya ada
pembeli yang komplain, si penjual nakal ini biasanya akan mengatakan, “Oh..,
burung mati selama dalam perjalanan”. Bahkan, yang paling parah, pernah terjadi
kasus di mana pembeli hanya dikirimi sangkar kosong (via travel), meski di
dalamnya ada kotoran, cepuk air, dan pakannya. Nanti sang penjual nakal akan
mengatakan, “Oh.., burung terlepas selama dalam perjalanan”.
Memang, solusi yang bisa mengatasi modus penipuan
seperti ini adalah datang dan memantau langsung ke lokasi penjualnya, atau
lebih dikenal dengan istilah PCB: Pantau – Cocok – Bayar. Tapi metode ini juga
masih menyisakan celah-celah yang dapat dimanfaatkan pihak-pihak tertentu, yang
sejak awal memang ingin menipu.
Berikut ini, beberapa
modus penipuan dalam pasar burung online, berdasarkan pengamatan saya, serta
berdasarkan laporan dari para korban, terutama ketika Anda datang ke lokasi
penjual untuk memantau burung yang ditawarkannya.
1. Burung terlihat
jinak
Jangan terkecoh
dengan burung yang seolah-olah jinak. Beberapa burung ketika dipantau terlihat
begitu jinak, terutama burung muda hutan. Namun, dalam beberapa kasus,
sebenarnya burung itu masih giras / nabrak / jarah.
Si penjual nakal
biasanya mencampuri air minumnya dengan obat flu, misalnya merek
ultra***. Dampak pemberian obat tersebut adalah burung seperti takut terbang.
Dalam kondisi psikis yang bingung, tentu saja burung lebih sering diam.
Ini seperti orang
yang berada dalam pengaruh narkoba, yang mana pemakai seolah-olah merasa dirinya
lebih tenang, dan tidak stes. Tetapi setelah beberapa saat kemudian, ketika
pengaruh obat pada burung mulai hilang, maka burung akan kembali terlihat giras
/ nabrak / jarah.
2. Menjanjikan pantau
bukan di rumah
Beberapa penjual
sering membuat janji kepada calon pembeli, untuk memantau burung di lokasi yang
bukan rumahnya. Biasanya mereka memilih tempat yang ramai dan mudah dijangkau,
misalnya di dekat kampus, dekat mall, dan sebagainya.
Pelaku berusaha
memberi berbagai alasan, misalnya rumah jauh dari kota dan susah dicari,
padahal ini sudah dirancang untuk menghilangkan risiko gugatan atau pengaaduan
jika burung itu nantinya tidak sesuai dengan spesifikasi.
Karena itu, sebelum
bertransaksi, sebaiknya hindari pantau-memantau burung di sebuah lokasi ramai,
apabila Anda memang belum mengenal sosok si penjual itu. Jika sudah kenal baik,
termasuk sudah tahu alamat rumahnya, tentu tidak masalah model pemantauan
burung seperti ini.
3. Masalah sertifikat
/ piagam juara
Modus penipuan ini
biasanya dilakukan seseorang, dengan membeli seekor burung juara, entah juara
di arena latber, latpres, maupun lomba. Ketika pembelian deal, tentu dia
juga memperoleh sertifikat juara, baik juara 1, juara, 2, dan seterusnya.
Nah, sertifikat
inilah yang kerap dijadikan modal untuk melakukan penipuan. Si penipu memiliki
burung sejenis lebih dari satu.
Sebagai contoh, dia
membeli pleci jawara yang
dilengkapi dengan sertifikat juara. Di rumah, dia memiliki tiga ekor pleci
biasa, bukan juara, atau bahkan tak pernah ikut lomba.
Dia lalu menjualnya
melalui pasar burung online, dengan promosi pleci juara plus sertifikatnya.
Dengan teknik penggandaan sertifikat, penipu bisa menjual empat ekor pleci dengan
harga setara pleci jawara.
Jika penipuan
dilakukan pemilik burung jawara, rasanya kurang mungkin, karena datanya pasti
diketahui banyak orang, termasuk event organizer (EO) tempat di mana burung
tersebut pernah dilombakan.
Sekadar tambahan,
tidak sedikit pula pelaku penipuan yang rela membeli sertifikat tanpa harus
membeli burungnya. Dia bersedia mengganti sertifikat itu dengan harga 10 kali
harga tiket saat burung mengikuti even tertentu.
4. Memantau di malam
hari
Usahakan jangan
memantau burung pada malam hari, meski mungkin itulah waktu senggang bagi Anda.
Di sisi lain, tawaran memantau burung pada malam hari sering pula datang dari
penjual, dengan alasan sibuk dan sejenisnya.
Padahal, alasan
sebenarnya bukan sibuk, melainkan sudah ada niat untuk melakukan penipuan.
Malam hari adalah waktu di mana segala kepekaan kita menurun, termasuk saat
memantau burung. Jika burung tak terdengar suaranya, si penjual dengan mudah
akan berkilah, “Kalau malam memang jarang bunyi, tapi kalau pagi dan siang gacor
dan sangat fight”.
5. Yang penting balik
modal
Ada beberapa pembeli,
yang karena merasa tertipu, atau burung yang dibelinya tidak sesuai dengan apa
yang diinginkannya, ganti melakukan penipuan. Misalnya burung yang dibeli
betina, atau pada kenari tak sesuai soal keturunannya (F1, F2, F3, AF, F1 YS,
dan sebagainya).
Karena kecewa, maka
pembeli pertama akan menjual kembali burungnya, dengan spek seperti apa yang
disampaikan penjual sebelumnya. Ketika terjadi deal dengan pembeli kedua
dan muncul komplain, maka pembeli pertama dengan seenaknya akan mengatakan,
“Menurut penjual sebelumnya, jenis kelaminnya ya jantan, keturunan F1 YS”, dan
sebagainya.
Jelas sekali, pembeli
pertama berusaha mengalihkan tanggung jawabnya. Karena merasa tertipu dan tak
ingin merugi, dia akhirnya menipu pula, yang penting bisa balik modal.
6. Burung sakit
Modus penipuan yang
satu ini juga sering terjadi. Si penjual menyembunyikan kondisi burungnya yang
sebenarnya sakit. Saat dipantau, burung kelihatan sehat dan lincah. Dalam hal
ini, Anda perlu memantau kondisi kotoran dan tenggorokan burung.
Ada juga penjual yang
memamerkan burung sejenis dan sehat saat pembeli datang memantau. Apabila sudah
deal, penjual membawa burung tersebut ke dalam rumah, dengan alasan
sangkarnya mau diganti dengan sangkar. Sangat dimungkinkan, di dalam rumah,
burung ditukar dengan burung sakit. Jadi, dalam hal ini, pastikan burung tetap
di depan Anda sebelum dibawa pulang.
Sebenarnya masih ada
belasan pengalaman lain sebenarnya, tetapi ebam modus di atas itulah yang
paling sering terjadi saat ini.
Tulisan ini
dimaksudkan untuk memberi edukasi kepada calon pembeli burung via online, agar
memiliki pemahaman mengenai oknum penjual tertentu yang berniat berlaku nakal
alias senang tipu-tipu. Masih banyak penjual burung yang berlaku jujur, yang
bahkan bisa menjadi mitra terbaik bagi Anda dalam jual-beli burung.
FBOJ saat ini
memiliki 23.000 members. Dengan anggota yang begitu banyak, tentu ada
sebagian penjual yang nakal, dengan beberapa modus penipuan seperti di atas,
berdasarkan laporan para korban. Namun setiap pelaporan akan mendapat respons
serius, berupa black list bagi oknum penipu sehingga tidak bisa
berjualan lagi melalui FBOJ.
(Ipan Pranashakti – PBOJ)
Semoga bermanfaat.