Thursday, 14 November 2013

Beberapa Modus Penipuan Saat Memantau Burung




Artikel ini ditulis oleh Ipan Pranashakti, pengelola Pasar Burung Online Jogja – Jateng (PBOJ) yang saat ini memiliki sekitar 23.000 members. Tujuannya ingin memberi edukasi kepada sobat kicaumania, khususnya pemula, yang ingin membeli burung melalui forum jual-beli (FJB) yang kini menjadi tren serta dianggap lebih praktis.
Salah satu metode paling aman dalam pembelian via online adalah PCB: Pantau – Cocok – Bayar. Tetapi, ketika memantau burung, Anda pun tetap harus waspada mengingat banyak sekali modus penipuan yang dilakukan para penjual nakal.
Bagi beberapa kicaumania yang sibuk dan tak sempat memantau langsung ke pasar burung, atau datang ke rumah pengiklan di media cetak, forum jual-beli (FJB) online melalui berbagai media sosial menjadi pola yang lebih disukainya. Hal ini memberikan angin segar terhadap pertumbuhan serta perkembangan pasar burung online.
Di sisi lain, hal ini juga diikuti dengan munculnya perilaku negatif yang dilakukan sebagian penjual untuk melakukan penipuan. Modus penipuan dengan memanfaatkan pasar burung online pun makin vatiatif, sehingga Anda perlu mengenalinya terlebih dulu sebelum memutuskan memantau dan membeli burung.
Beberapa tahun mengelola Pasar Burung Online Jogja – Jateng (PBOJ) yang berbasis facebook group, saya pun merasakan betapa variatifnya model penupian online. Bahkan sampai ada orang yang menjual bangkai burung, dimasukkan sangkar dengan bekas kotoran yang masih ada agar berkesan alamiah, lalu dikirim dengan kereta atau pesawat.
Jika nantinya ada pembeli yang komplain, si penjual nakal ini biasanya akan mengatakan, “Oh.., burung mati selama dalam perjalanan”. Bahkan, yang paling parah, pernah terjadi kasus di mana pembeli hanya dikirimi sangkar kosong (via travel), meski di dalamnya ada kotoran, cepuk air, dan pakannya. Nanti sang penjual nakal akan mengatakan, “Oh.., burung terlepas selama dalam perjalanan”.
Memang, solusi yang bisa mengatasi modus penipuan seperti ini adalah datang dan memantau langsung ke lokasi penjualnya, atau lebih dikenal dengan istilah PCB: Pantau – Cocok – Bayar. Tapi metode ini juga masih menyisakan celah-celah yang dapat dimanfaatkan pihak-pihak tertentu, yang sejak awal memang ingin menipu.
Berikut ini, beberapa modus penipuan dalam pasar burung online, berdasarkan pengamatan saya, serta berdasarkan laporan dari para korban, terutama ketika Anda datang ke lokasi penjual untuk memantau burung yang ditawarkannya.

1. Burung terlihat jinak
Jangan terkecoh dengan burung yang seolah-olah jinak. Beberapa burung ketika dipantau terlihat begitu jinak, terutama burung muda hutan. Namun, dalam beberapa kasus, sebenarnya burung itu masih giras / nabrak / jarah.
Si penjual nakal biasanya mencampuri air minumnya dengan obat flu, misalnya merek ultra***. Dampak pemberian obat tersebut adalah burung seperti takut terbang. Dalam kondisi psikis yang bingung, tentu saja burung lebih sering diam.
Ini seperti orang yang berada dalam pengaruh narkoba, yang mana pemakai seolah-olah merasa dirinya lebih tenang, dan tidak stes. Tetapi setelah beberapa saat kemudian, ketika pengaruh obat pada burung mulai hilang, maka burung akan kembali terlihat giras / nabrak / jarah.

2. Menjanjikan pantau bukan di rumah
Beberapa penjual sering membuat janji kepada calon pembeli, untuk memantau burung di lokasi yang bukan rumahnya. Biasanya mereka memilih tempat yang ramai dan mudah dijangkau, misalnya di dekat kampus, dekat mall, dan sebagainya.
Pelaku berusaha memberi berbagai alasan, misalnya rumah jauh dari kota dan susah dicari, padahal ini sudah dirancang untuk menghilangkan risiko gugatan atau pengaaduan jika burung itu nantinya tidak sesuai dengan spesifikasi.
Karena itu, sebelum bertransaksi, sebaiknya hindari pantau-memantau burung di sebuah lokasi ramai, apabila Anda memang belum mengenal sosok si penjual itu. Jika sudah kenal baik, termasuk sudah tahu alamat rumahnya, tentu tidak masalah model pemantauan burung seperti ini.

3. Masalah sertifikat / piagam juara
Modus penipuan ini biasanya dilakukan seseorang, dengan membeli seekor burung juara, entah juara di arena latber, latpres, maupun lomba. Ketika pembelian deal, tentu dia juga memperoleh sertifikat juara, baik juara 1, juara, 2, dan seterusnya.
Nah, sertifikat inilah yang kerap dijadikan modal untuk melakukan penipuan. Si penipu memiliki burung sejenis lebih dari satu.
Sebagai contoh, dia membeli pleci jawara yang dilengkapi dengan sertifikat juara. Di rumah, dia memiliki tiga ekor pleci biasa, bukan juara, atau bahkan tak pernah ikut lomba.
Dia lalu menjualnya melalui pasar burung online, dengan promosi pleci juara plus sertifikatnya. Dengan teknik penggandaan sertifikat, penipu bisa menjual empat ekor pleci dengan harga setara pleci jawara.
Jika penipuan dilakukan pemilik burung jawara, rasanya kurang mungkin, karena datanya pasti diketahui banyak orang, termasuk event organizer (EO) tempat di mana burung tersebut pernah dilombakan.
Sekadar tambahan, tidak sedikit pula pelaku penipuan yang rela membeli sertifikat tanpa harus membeli burungnya. Dia bersedia mengganti sertifikat itu dengan harga 10 kali harga tiket saat burung mengikuti even tertentu.

4. Memantau di malam hari
Usahakan jangan memantau burung pada malam hari, meski mungkin itulah waktu senggang bagi Anda. Di sisi lain, tawaran memantau burung pada malam hari sering pula datang dari penjual, dengan alasan sibuk dan sejenisnya.
Padahal, alasan sebenarnya bukan sibuk, melainkan sudah ada niat untuk melakukan penipuan. Malam hari adalah waktu di mana segala kepekaan kita menurun, termasuk saat memantau burung. Jika burung tak terdengar suaranya, si penjual dengan mudah akan berkilah, “Kalau malam memang jarang bunyi, tapi kalau pagi dan siang gacor dan sangat fight”.

5. Yang penting balik modal
Ada beberapa pembeli, yang karena merasa tertipu, atau burung yang dibelinya tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, ganti melakukan penipuan. Misalnya burung yang dibeli betina, atau pada kenari tak sesuai soal keturunannya (F1, F2, F3, AF, F1 YS, dan sebagainya).
Karena kecewa, maka pembeli pertama akan menjual kembali burungnya, dengan spek seperti apa yang disampaikan penjual sebelumnya. Ketika terjadi deal dengan pembeli kedua dan muncul komplain, maka pembeli pertama dengan seenaknya akan mengatakan, “Menurut penjual sebelumnya, jenis kelaminnya ya jantan, keturunan F1 YS”, dan sebagainya.
Jelas sekali, pembeli pertama berusaha mengalihkan tanggung jawabnya. Karena merasa tertipu dan tak ingin merugi, dia akhirnya menipu pula, yang penting bisa balik modal.

6. Burung sakit
Modus penipuan yang satu ini juga sering terjadi. Si penjual menyembunyikan kondisi burungnya yang sebenarnya sakit. Saat dipantau, burung kelihatan sehat dan lincah. Dalam hal ini, Anda perlu memantau kondisi kotoran dan tenggorokan burung.
Ada juga penjual yang memamerkan burung sejenis dan sehat saat pembeli datang memantau. Apabila sudah deal, penjual membawa burung tersebut ke dalam rumah, dengan alasan sangkarnya mau diganti dengan sangkar. Sangat dimungkinkan, di dalam rumah, burung ditukar dengan burung sakit. Jadi, dalam hal ini, pastikan burung tetap di depan Anda sebelum dibawa pulang.
Sebenarnya masih ada belasan pengalaman lain sebenarnya, tetapi ebam modus di atas itulah yang paling sering terjadi saat ini.
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberi edukasi kepada calon pembeli burung via online, agar memiliki pemahaman mengenai oknum penjual tertentu yang berniat berlaku nakal alias senang tipu-tipu. Masih banyak penjual burung yang berlaku jujur, yang bahkan bisa menjadi mitra terbaik bagi Anda dalam jual-beli burung.
FBOJ saat ini memiliki 23.000 members. Dengan anggota yang begitu banyak, tentu ada sebagian penjual yang nakal, dengan beberapa modus penipuan seperti di atas, berdasarkan laporan para korban. Namun setiap pelaporan akan mendapat respons serius, berupa black list bagi oknum penipu sehingga tidak bisa berjualan lagi melalui FBOJ.
(Ipan Pranashakti – PBOJ)
Semoga bermanfaat.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment